Humor Palembang,Humor Bebas dan Tips Sehat

xiaomi

Pulau Kemaro Pulau Jodoh

fashion wanita


Artikel ini saya tulis karena ada sisi menarik dari sejarah Kota Palembang yang memiliki hubungan kultur dengan bangsa Cina. Hal itu dibuktikan dengan asal muasal nama Palembang yang berasal dari kata fa lin fong yang notabene adalah bahasa cina. Dan bukti lain keterkaitan bangsa Cina dengan Sriwijaya di masa lampau adalah adanya makanan Cina yang bernama pempek yang telah beradaptasi dengan masyarakat Palembang sejak lama.

Adalah Pulau Kemaro, yang tak luput dari perpaduan unsur budaya Cina yang masuk kedalam kebudayaan Palembang. Terbukti dengan berdirinya bangunan Paghoda berlantai 9 yang dibangun pada tahun 2006. Meskipun Paghoda ini dibangun pada masa-masa pemerintahan modern, pastilah karena ada sesuatu yang patut kita simak dibalik kebudayaan Cina yang membaur dalam kebudayaan Palembang.

6 km dari Jembatan Ampera, ada sebuah Delta kecil di Sungai Musi. Disinilah keberadaan Pulau Kemaro itu. Sementara dari Kota Palembang, Pulau Kemaro dapat ditempuh dengan jarak sekitar 40 km. Meskipun Pulau Kemaro berada di daerah industri, namun tidak mengurangi daya tarik masyarakat untuk rekreasi disana. Di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju Sungai Gerong, Pulau kemaro tetap menjadi tempat rekreasi yang terkenal di Sungai Musi.

Sebuah vihara Cina, klenteng Hok Tjing Rio, dan kuil Buddha seakan menambah kental kebudayaan Cina disana, ditambah seringnya masyarakat Tionghoa Palembang yang beragama Budha datang berziarah kesana dan bahkan setiap Tahun Baru Imlek, acara Cap Go Meh sering diadakan disana. Namun, adanya makam Siti Fatimah, seorang Putri Palembang disana menyisakan cerita legenda masyarakat Palembang hingga kini.

Di dekat Klenteng Hok Tjing Rio, ada sebuah batu yang menuliskan cerita legenda tersebut. Di kisahkan; Kala itu, ada seorang pangeran dari Negeri Cina, bernama Tan Bun An, datang ke Palembang dengan tujuan berdagang. Saat ia meminta ijin pada Raja Palembang kala itu, bertemulah ia dengan putri raja yang bernama Siti Fatimah. Pertemuan itu akhirnya menimbulkan perasaan jatuh cinta diantara kedua sejoli Tan Bun An dan Siti Fatimah, hingga akhirnya, terjalinlah hubungan asmara diantara keduanya. Perasaan cinta yang mendalam dari Tan Bun An dibuktikannya dengan berniat menikahi Siti Fatimah dan mengajak sang putri untuk menghadap kedua orang tua Tan Bun An di negeri Cina.

Dalam perjalanan mereka dari negeri Cina menuju Palembang, pangeran Tan Bun An dibawakan oleh-oleh dari negeri Cina berupa tujuh guci yang berisi emas. Sesampai di muara Sungai Musi Tan Bun An ingin melihat hadiah emas di dalam Guci-guci yang dibawanya dari negeri Cina tersebut. Namun Tan Bun An kaget alang-kepalang, ternyata didalam guci-guci tersebut hanyalah berisikan sayuran sawi.

Lalu, tanpa pikir panjang guci-guci tersebut dibuangnya ke sungai Musi. Enam buah guci sudah terbuang semua ke sungai. Namun, saat membuang guci ketujuh ke sungai, guci tersebut malah terjatuh diatas dek kapal dan pecah. Ternyata didalam guci ketujuh itu terdapat banyak emas.

Merasa menyesal telah membuang enam buah guci ke dalam sungai, Pangeran Tan Bun An tidak mau berpikir panjag lagi. Ia terjun ke dalam sungai Musi untuk mengambil kembali guci-guci yang telah dibuangnya ke sungai Musi. Sampai salah seorang pengawalnya pun ikut terjun ke sungai untuk membantu. Tetapi Pangeran Tan Bun An dan pengawalnya tidak jua muncul dari sungai Musi dan membuat Putri Siti Fatimah menjadi gusar. Akhirnya, sang putri pun menyusul terjun ke Sungai Musi dan tak pernah juga muncul dari sungai Musi.

Kisah legenda ini di abadikan dengan dibangunnya sebuah kuil dan makam untuk ketiga orang tokoh legenda tersebut. Makam Pangeran Tan Bun An dan Putri Siti Fatimah berada berdampingan di depan klenteng Hok Tjing Rio atau dikenal juga kuil Kwan Im. Jadilah kisah cinta mereka sebagai legenda adanya Pulau Kemaro.

Selain itu, terdapat sebuah Pohon yang dinamakan Pohon Cinta yang melambangkan Cinta Sejati antara dua bangsa dan dua budaya yang berbeda pada zaman dahulu antara Pangeran Tan Bun An dari negeri Cina dengan Putri Siti Fatimah dari Kerajaan Sriwijaya. Kepercayaan setempat, konon, jika ada pasangan yang mengukir nama mereka di pohon tersebut maka hubungan mereka akan berlanjut sampai pada jenjang pernikahan. Dari mitos itu lahirlah istilah Pulau Kemaro adalah Pulau Jodoh.
0 Komentar untuk "Pulau Kemaro Pulau Jodoh"

Hosting Indonesia Hosting Indonesia
Back To Top